1.06.2012

Terima kasih, Dan

Dan, terima kasih ya. Kamu masih mau nemenin saya. Saya senang dan sekaligus malu. Malu sama diri saya sendiri. Padahal baru kemarin saya koar-koar mau ngelepasin kamu. Dan sekarang kamu malah jadi orang yang bisa nemenin saya saat saya ngerasa... kecewa. 


Sudah lama banget sejak terakhir kita ngobrol. Dan sekarang, saat saya cerita lagi sama kamu, rasanya seperti mau nangis. Kamu memang satu-satunya yang paling tahu saya. Kamu memang juara. 


Maaf ya Dan, saya ini memang labil. Dan kamu sangat tahu itu 'kan? Kamu juga tahu 'kan kenapa akhir-akhir ini kita jadi jauh? Ya, semua memang salah saya. Saya yang terlalu merasakan euforia punya teman sehobi langsung berorasi bahwa saya ngga butuh kamu. Padahal siapa coba yang ngenalin saya dengan dunia itu? Kalau ngga ada kamu pasti sampai sekarang saya juga ngga akan tahu tentang hal menyenangkan itu.


Maaf juga ya Dan, karena saya sudah berkeputusan untuk melepas kamu. Kamu sudah tahu alasannya. Dan saya pun sesungguhnya bisa menerima banding yang kamu ajukan. Tapi logika saya bilang ngga bisa semudah yang kamu kira. Kamu mengenal saya sebagai orang yang perfectionis. Maka itu untuk urusan kita yang satu itu pun saya maunya total. Ngga bisa seperti yang selama ini kita lakukan.
Tapi saya juga ngga bisa nampik kalau penawaran kamu itu terlalu menggiurkan. Jadi karena saya orang yang masih belum stabil, kamu bisa maklum 'kan kalau nanti saya akan mendatangi mau dan bilang, "Aku terima tawaran kamu, Dan." 
Kamu ngga akan kaget saat itu. Itu kepastian. Saya juga sangat mengenal kamu. Suatu kepastian juga bahwa satu-satunya ekspresi yang akan kamu berikan saat waktu itu datang adalah, kamu akan tersenyum manis. Lalu setelahnya, tanpa sepotong kata kamu akan langsung memeluk saya. Betul 'kan Dan, tebakan saya? 


Terima kasih karena telah mengenal saya bertahun-tahun ini. Dan terima kasih pula untuk kamu karena selalu ada di saat-saat sulit dalam hidup saya. Maaf karena saya terlalu egois. Dan hanya ingin dimengerti tanpa pernah berpikir apa maunya kamu.


Kamu tidak sama sekali bodoh untuk bisa tahu apa yang saya rasakan ke kamu. Saya tahu kamu tahu segala hal yang ada di saya. Bahkan di benak ataupun hati saya sekalipun. Tapi sekarang, walaupun saya tahu ini percuma karena tanpa saya bilang kamu sudah tahu hal ini. Saya mau bilang, kalau saya sayang sekali sama kamu. Kamu yang terbaik. Dan saya tidak bisa, kalau tidak ada kamu. Terima kasih, Dan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar